Pages

Senin, 31 Januari 2011

Ada Bunga Bangkai (amorphophallus titanum) Di Lae Kombih

Bunga Bangkai (amorphophallus titanum) ini berada sekitar 3 km dari jembatan Lae Kombih yang menjadi lokasi finish pengarungan, berada di tepian alur sungai Lae Kombih di Desa Pelayangan.

Awalnya ditemukan oleh Mulyadi Angkat dan rekannya Zona Solin, medio 2009,  kedua pemburu kancil ini kemudian melaporkan temuannya ke GPKEL (organisasi lokal penggiat lingkungan) dan CI (Conservation International) dikota Subulussalam.

Dilokasi ini ditemukan sedikitnya 3 bunga bangkai yg sedang mekar, dengan ketinggian sekitar 3 meter, dan sekitar 8 bunga lainnya yang masih menguncup.

Selain di Desa Pelayangan bunga bangkai juga ditemukan dibeberapa lokasi lainnya, yang tersebar disekitar alur sungai Lae Kombih.





Sekilas Tentang Sungai Lae Kombih


Sepintas Lae Kombih
Sungai Lae Kombih adalah sebuah sungai yang berhulu di Sungai Sicike-cike, Desa Jambu Kabupaten Pakpak Bharat Sumut. Bantaran Sungai Lae Kombih membelah pegunungan-pegunungan Kabupaten Pakpak Bharat, mengaliri sejumlah desa di wilayah Kota Subulussalam dan bermuara di Sungai Lae Souraya (Krueng Singkil), tepatnya di Kampong Binanga Kecamatan Runding Kota Subulussalam.
Sungai Lae Kombih memiliki beberapa sutruktur sungai, mulai dari struktur apitan tebing, struktur bebatuan dan sutruktur berpasir. Seperti sutruktur sungai apitan tebing dapat kita temui di daerah Kabupaten Pakpak Bharat, dan sutruktur sungai bebatuan dapat kita lihat di daerah Kampong Jontor dan Kampong Sikelang Kecamatan Penanggalan, serta struktur sungai berpasir di sepanjang Kampong Penanggalan Kecamatan Penanggalan hingga ke Kecamatan Runding.
Kondisi struktur Sungai Lae Kombih memiliki aspek ekonomis terhadap masyarakat di sekitarnya, seperti penambangan batu mangga (koral) di Kampong Penanggalan dan penambangan pasir di Kampong Pelayangan Kecamatan Rundeng. Kegiatan ini sangat memberikan motivasi pendapatan hidup bagi masyarakat di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Lae Kombih dan juga kebutuhan pengairan persawahan dan sejumlah ladang pertanian masyarakat.

Sejarah Singkat
Konon, sebutan Lae Kombih berawal dari kelompok adat  nelayan yang bermarga Kombih (sub kelompok dari suku pakpak), nelayan-nelayan ini dulunya menggantungkan hidup mereka dari kegiatan penangkapan ikan di sepanjang alur sungai tersebut. Kondisi ini memungkinkan, mengingat sungai tersebut kaya dengan  beragam jenis ikan.
Kampong Binanga muara sungai Lae Kombih, adalah dudukan pemangku adat marga Kombih, bahkan menurut kesaksian masyarakat dilokasi ini dulunya pernah berdiri Kerajaan Kombih, sehingga segala kegiatan nelayan didaerah ini mendapat restu dari seluruh elemen masyarakat kala itu.
Berawal dari jejak historis tersebutlah muncul nama sungai Lae Kombih, Lae yang berarti sungai,dan  Kombih yang merupakan marga para penghuninya menjadi awal penyebutan nama sungai tersebut. Sehingga para pemangku adat di daerah hulu (Kabupaten Pakpak Bharat) dan seluruh masyarakat sekitar juga menyebutnya Lae Kombih.

Inisiasi Anak Lokal
Di era degradasi lingkungan yang bertubi-tubi melanda nusantara, seperti banjir dan tanah longsor yang menelan korban jiwa dan mengganggu laju perekonomian rakyat. Belum lagi persoalan kerusakan lapisan ozon yang dampaknya dirasakan oleh masyarakat dunia, sudah sepatutnya kita berupaya untuk berbenah. Melalui hal fenomenal inilah melahirkan sebuah inspirasi inisiasi anak local untuk berupaya menciptakan kondisi lingkungan yang bersahabat dan berprospek financial bagi masyarakat sekitar. Melalui Wadah Lae KOmbih Kita, komunitas ini mencoba mengembangkan potensi ecowisata yang bersifat adventure dan edukatif. Seperti Rafting (arung jeram), Rock Climbing dengan memanfaatkan struktur tebing yang ada, Snapling/Rafling dan pembangunan sejumlah rumah pohon. Sudah sepantasnya masyarakat local ikut serta mengembangkan hal ini, demi untuk mengorbitkan citra Kota Subulussalam ke gaung manjapada sebagai education environment khususnya masyarakat local, dan umumnya bagi masyarakat global, bahwa hutan, sungai dan laut bisa dikelola dan dikembangkan tanpa harus merusaknya.

Semoga
Dukungan dalam bentuk apapun sangat kami harapkan untuk mewujudkan cita-cita ini, agar hutan yang tersisa diwilayah ini berguna bagi seluruh lapisan masyarakat, dalam menumbuhkan laju ekonomi masyarakat local melalui pengembangan ecowisata adventure Lae Kombih Kita. Juga kepada pihak stakeholder lainnya kiranya dapat bergandengan tangan untuk bersama-sama kami merehabilitasi hutan yang ada di sekitar bantaran Sungai Lae Kombih, karena kita perlu cadangan air, baik untuk pengembangan ekowisata, pertanian maupun air bersih, dan kita membutuhkan udara yang bersih untuk tetap hidup. (Aroeng Binalun-kepala bagian reservasi Lae Kombih Kita)

Minggu, 30 Januari 2011

Ready To Sell

Selasa, 18 Januari 2011

Merajut Cerita bersama Ombak, Hujan, Lapar dan Tawa



Paketnya berapa?
16 juli 2010, saat crew-crew Lae Kombih sedang berleha-leha menikmati kopi sore disekretariat Lae Kombih Kita Adventure's jalan Cut Nyak Dien, Kota Subulussalam, handphone Dian Sayfullah tiba-tiba berdering, dari speaker handphone terdengar suara berat yang menanyakan paket-paket petualangan yang ditawarkan Lae Kombih Kita Adventure's, setelah berbincang cukup lama janji pertemuan dibuat, dan crew-crew Lae Kombih Kita Adventure's pun bergegas mempersiapkan peralatan-peralatan untuk melakukan petualangan Jungle Tracking, Rafting dan River Boarding di Hutan Kayu Kapur dan alur Sungai Lae Kombih untuk 2 hari yang akan datang.


Hari H
18 Juli 2010, jadi hari yang akan menjadi kenangan manis untuk seluruh crew Lae Kombih Kita Adventure's, karena hari ini adalah awal terjalinnya persahabatan antara Lae Kombih Kita Adventure's dengan karyawan-karyawan Pajak Pratama, sesuai perjanjian menu petualangan hari ini adalah Jungle Tracking menuruni Hutan Kayu Kapur, dilanjutkan dengan Rafting dan Riverboarding menyusuri alur sungai Lae Kombih. 12 orang menjadi peserta Jungle Tracking dan pengarungan, termasuk 3 orang crew Lae Kombih Kita Adventrue's yang bertugas memandu.

Semula, meski crew Lae Kombih Kita sudah mencoba berakrab-akrab ria namun kawan-kawan karyawan Pajak Putra Pratama terkesan masih malu-malu, bisa jadi karena ini adalah kali pertama mereka menjajal arus sungai Lae Kombih, atau mungkin saja karena kelelahan didera medan berat Jungle Tracking bukit Sosor yang licin pasca terguyur hujan lebat, stamina seluruh peserta benar-benar terkuras dan awal perjalanan pun jadi kurang berwarna.

Namun suasana yang semula kaku segera mencair setibanya rombongan dikawasan air terjun Kedabuhan, nuansa mistis yang disuguhkan pemandangan air terjun ini membuat rasa letih yang menggayuti tubuh terlupakan.

Ketakjuban benar-benar dirasakan semua peserta, memandangi tebing-tebing batu yang tinggi menjulang,  debur air, kabut, riak-riak gelombang dan elang yang melayang-layang, benar-benar membuat seluruh  peserta terpesona, bahkan bagi crew Lae Kombih Kita Adventure's yang sudah berulang kali kelokasi ini pun  rasa kagum itu masih  tetap terasa. Keindahan lokasi ini lah yang perlahan membuat peserta mulai melupakan rasa sungkan,  suasana mulai diwarnai canda tawa dan saling ledek, sembari menyiapkan makan siang sebagai bekal energi untuk pengarungan yang akan dilakukan, beberapa peserta sibuk menjeprat-jepretkan kamera, mengabadikan kemegahan panorama air terjun Kedabuhan yang luar biasa itu.


Tersangkut Pohon 
Pengarungan dimulai, start diawali dari danau yang terletak persis dibawah air terjun, gelombang-gelombang tinggi akibat hempasan air  setinggi  sekitar 80 meter itu melecut semangat kami untuk memulai pengarungan.

Namun baru 10 meter lepas dari titik start, jeram pertama yang menyambut langsung membalikkan body perahu, semua terlempar kedalam air, bahkan perbekalan logistik pun hilang terbawa arus.

Saat peserta pengarungan berhasil menepi, semua terdiam gigit jari, memandangi sisa-sisa logistik yang masih sempat diselamatkan.

Di Jeram Bambu (setelah 2 jam pengarungan dari lokasi start) insiden kembali terjadi, adit (karyawan Pajak Pratama) yang penasaran, mencoba mengambil alih tugas skeeper mengemudikan laju perahu, semula  dengan kepercayaan diri yang tinggi Adit dengan santainya bisa mengendalikan arah perahu, berbelok kekiri, kekanan, dan menghindari batu-batu besar yang menyembul dipermukaan air. Namun belum 10 menit adit berperan jadi kapten, derasnya arus di Jeram Bambu tiba-tiba menyeret laju perahu kearah sebatang pohon tumbang yang melintang dibadan sungai, teriakan-teriakan panik dan usaha-usaha ekstra keras seluruh peserta pengarungan yang mencoba membelokkan arah laju perahu nyaris tak berarti sama sekali, perahu  terus meluncur  deras dari bawah pohon, tak sempat mengelak kami semua pun tersangkut  didahan batang pohon sialan itu, saling tindih menindih.

Tak cukup sampai disitu, nasib apes sepertinya hari itu memang sedang berpihak kepada kami, belum lagi hilang rasa syok, tawa-tawa saling ejek terhenti seketika, suasana hening, kami saling berpandangan, lalu serentak semua menjerit-jerit, berkelojotan dan berlomba-lomba melepaskan diri dari dahan pohon berlompatan ke dalam sungai, entah sebab apa kaki, tangan, dan wajah tiba-tiba terasa panas dan gatal-gatal.

Belakangan kami baru sadar ternyata dahan pohon yang kami peluk  saat tersangkut itu adalah sarang semut api.

Dengan wajah yang bentol-bentol kamipun melanjutkan pengarungan.

Dingin dan kelaparan
Jeram Pasir adalah lokasi break pengarungan disungai Lae Kombih, batu-batunya yang besar, hamparan pasir dan pemandangan kaki Bukit Sosor yang menawan menjadikan tempat ini lokasi yang nyaman untuk beristirahat, setelah setengah rute pengarungan dilalui.

Biasanya dilokasi ini kami bermain ombak menjajal kemampuan mengendalikan River Board, karena meski di Jeram Pasir ini ombaknya besar-besar, namun hilirnya bermuara pada titik area arus tenang, sehingga aman untuk belajar tanpa harus khawatir papan River Board akan hanyut bila terlepas dari pegangan..

Namun sayangnya saat kami sampai dilokasi itu, hujan deras tiba-tiba turun, angin dan petir sambar menyambar, perahupun kami balikkan untuk tempat berlindung dari guyuran hujan, semua  peserta pengarungan memeluk lutut mencoba melawan rasa dingin yang menggila, berhimpitan dan saling tatap, tak ada yang berniat memulai pembicaraan, bibir membiru, kulit tangan dan kaki mengeriput,  suhu dingin dan deras guyuran hujan membuat semua jadi enggan menjauh dari kumpulan dan memilih tetap merapatkan badan satu dengan yang lain.

Namun kondisi yang menyiksa ini tak berlangsung lama, entah siapa yang memulai, semua peserta pengarungan yang semula menggigil berlompatan dari tempat perlindungan sambil tertawa terbahak-bahak,  ini akibat perut Madi (salah seorang crew Lae Kombih Kita Adventure's) mengeluarkan bunyi-bunyian aneh yang persis mirip dengan suara kucing, berulang-berulang.

Cacing-cacing diperut Madi rupanya tengah berontak, minta segera diberi makan.

Setelah beberapa menit berhujan-hujanan kami pun  sepakat untuk melanjutkan rute pengarungan.


Balas dendam
4 jam sudah kami melakukan pengarungan, setelah melewati tikungan di Jeram Batu, jembatan Lae Kombih yang menghubungkan Kota Subulussalam dengan Kabupaten Aceh Singkil mulai tampak dari kejauhan, dibawah jembatan inilah pengarungan akan berakhir. 

Persis dibawah jembatan ini terdapat sebuah cafe yang biasa kami jadikan tempat beristirahat, menikmati hangatnya kopi dan mie instan sembari menunggu angkutan penjemput datang.

Setibanya perahu dijembatan, seluruh peserta pengarungan langsung berlompatan menyerbu cafe, dengan raut wajah antusias penuh semangat, semua mengantri untuk mendapatkan seporsi mie instan, kopi, dan teh hangat, kesan tak sabar membayang di wajah, saat si juru masak baru mulai menghidupkan wajan penggorengan, suara-suara riuh terdengar,   meminta si pelayan agar menyuruh si juru masak mempercepat proses masaknya, sehingga acara santap menyantap  bisa segera dilaksanakan.

Tak lama berselang, hidangan pun tiba, tak peduli panas dan asap yang masih mengepul, hidangan sederhana ini pun  langsung kami santap dengan lahap, membalaskan dendam setelah 4 jam menahan lapar dinginnya guyuran hujan, dalam hitungan menit hidangan itu sudah berpindah keperut, rasa-rasanya sepanjang hayat mie instan yang kami santap sore itu adalah mie ter enak yang pernah diproduksi pabrik pembuatnya, entah kalau  itu hanya lah perasaan kami, mungkin saja.

Setengah jam beristirahat angkutan penjemput tiba, rombongan kamipun pulang membawa kenangan manis yang tak akan terlupakan, betapa sesungguhnya menjalin persahabatan ditengah tantangan dan keindahan alam adalah suatu kenikmatan yang tak ternilai harganya.

Salam Hijau
Rony   






Taufik kelaparan di Jeram Bambu

Bermain arus di Jeram Bambu


It's time to narsis

Packet Rafting Ekonomis

Bagi anda penyuka rafting dengan budget minim, kami sediakan paket Backpacker Rafting Packet, anda bisa memilih sendiri menu dan pelayanan sesuai dengan budget yang anda sukai.

Bagi kami persahabatan adalah keutamaan, menikmati keindahan dan berpetualang dialam adalah hak semua orang, keterbatasan biaya tak seharusnya menjadi penghalang.

Salam Hijau.


Paket Wisata Petualangan

Bagi penyuka kegiatan petualangan, Lae Kombih Adventure's menyediakan paket-paket petualangan yang sayang untuk anda lewatkan.

Selain Petualangan-petualangan air, paket-paket andalan kami adalah kegiatan-kegiatan unik seperti Mechok Fish (berburu ikan dengan senjata tradisional) Boar Hunting (perburuan babi hutan) dan River Tubbing (arung jeram menggunakan tubbing) yang aktifitasnya dilaksanakan disekitar alur Sungai Lae Kombih dan perbukitan Sosor.

Rasakan pengalaman baru berpetualang bersama kami, nikmati keindahan alamnya, dan bawa kenangan persahabatan kami untuk anda ceritakan kepada sahabat-sahabat anda.

Salam Hijau.

Struktur Kelembagaan Lae Kombih Kita Adventure's

  1. Direktur Eksekutif                                                    : Pianti Mala Pinem 
  2. Sekretaris                                                                 : Dian Sayfullah 
  3. Bendahara umum                                                     : Naela Kusumadja
  4. Ka. Divisi Program                                                   : Viliandi Sumitra 
  5. Ka.Divisi Pengembangan Wirausaha Wisata             : Rony Rahendra  
  6. - Sub.Divisi Promosi, Dokumentasi dan Fotography     : Gidhot Susanto 
  7. - Sub.Divisi Outbond                                                 : Usman 
  8. - Sub.Divisi Produksi masyarakat                               : Fatmawaty 
  9. Ka.Divisi Pengembangan Social Wisata                    : Darmadi Suka 
  10. - Sub.Divisi Litbang                                                   : Budi 
  11. - Sub.Divisi Konservasi dan Eko Wisata                      : Nukman Suryadi Angkat
  12. - Sub.Divisi Humas                                                    : Darmawansyah 
  13. Divisi Logistik                                                           : Andriansyah Wijaya 
  14. - Sub.Divisi Pengembangan Peralatan                         : Mulyadi 
  15.  Administrasi                                                            : Bunga Ria